Judul buku : Little Indiscretion - Rahasia Sang Koki
Judul asli : Pequenas Infamias
Pengarang : Carmen Posadas
Penerjemah : Lina Susanti
Penyunting : Wendratama
Penerbit : Bentang
Cetakan : I – Februari 2007
Tebal : x + 330 hlm
Dari judul (edisi terjemahan Indonesia)-nya, Rahasia Sang Koki, saya sama sekali tidak punya kecurigaan, bahwa novel ini sebuah novel bergenre misteri atau detektif. Perkiraan saya ini kisah percintaan yang berawal dari dapur (makanan). Ringkasnya, cinta yang datang dari perut turun ke hati.
Kiranya, dugaan saya meleset jauh. Novel yang dalam bahasa aslinya (Spanyol) berjudul Pequenas Infamias (edisi Inggrisnya berjudul Little Indiscretion) ini ternyata adalah sebuah novel misteri – dan detektif juga – dengan pola dan plot yang mengingatkan saya pada novel-novel Agatha Christie, khususnya serial Poirot, detektif berperawakan kecil asal Belgia kesayangan Christie. Ada yang sangat khas dari Poirot dalam setiap memecahkan kasus-kasusnya, yakni mengumpulkan fakta dan petunjuk sebanyak-banyaknya kemudian dianalisa,disusun seperti puzzle sembari duduk diam membiarkan sel-sel kelabu dalam otaknya bekerja.
Bisa jadi kemiripan teknik bercerita itu lantaran Carmen terpengaruh Agatha Christie, si Ratu Cerita Detektif dari Inggris.
Kisah bermula dengan ditemukannya sosok Nestor Chaffino terbujur beku dalam ruang pendingin di dapur keluarga Teldi (Hampir di semua novel Agatha Christie dibuka dengan adegan penemuan mayat). Kejadiannya pagi hari setelah malamnya berlangsung pesta makan malam dengan Nestor sebagai juru masaknya. Sejatinya, Nestor adalah pemilik usaha katering berlabel Mulberry & Mistletoe. Malam itu, ia disewa oleh Adela Teldi, nyonya rumah The Lilies, tempat kediaman keluarga Teldi.
Bersama 3 orang kru dapurnya, Nestor sukses melaksanakan tugasnya dengan sempurna malam itu.. Tetamu ramai-ramai memuji dan menyampaikan rasa puas mereka untuk pesta yang elegan tersebut. Sekali lagi, semua itu berkat kerja keras dan kekompakan tim kecil mereka : Nestor sebagai bos beserta Carlos, Karel, dan Chloe.
Carlos adalah mahasiswa hukum yang diam-diam terlibat asmara dengan Adela Teldi, wanita paruh baya yang lebih pantas jadi ibunya. Panah amor menusuk jantung keduanya pada pertemuan pertama mereka di Mulberry & Mistletoe tatkala Adela datang untuk urusan pesta makan malam yang berujung maut itu.
Sedangkan Karel adalah atlet binaragawan asal Ceko yang mengajak serta kekasihnya, Chloe Trias, bekerja membantu-bantu di Mulberry & Mistletoe. Chloe kabur dari rumah orang tuanya dengan membawa serta kenang-kenangan manis tentang sang kakak lelaki yang mati muda karena kecelakaan lalu-lintas. Bayang-bayang wajah dan senyum abangnya itu selalu menghantui ke manapun Chloe pergi. Gadis itu merasa amat kehilangan sahabat masa kecil yang pernah bercita-cita menjadi seorang penulis fiksi. Sayangnya, si abang keburu mati sebelum keinginannya terwujud.
Ketiga anak muda pegawai Mulberry & Mistletoe ini sangat senang bekerja untuk bos mereka sang koki handal, Nestor Chaffino. Koki ramah pemilik kumis pirang kaku ini senang berceloteh menceritakan apa saja, terutama kisah-kisah sejati yang pernah dialaminya, termasuk ihwal rahasia perselingkuhan Adela Teldi.
Pada masa yang lalu, Adela Teldi tertangkap basah tengah bercinta di sebuah kamar di The Lilies bersama suami adiknya sendiri, Soledad Teldi. Tak lama berselang, Soledad kedapatan sudah tak bernyawa dengan kondisi mengenaskan. Diduga perempuan malang itu melakukan aksi bunuh diri terjun dari lantai dua.
Nestor juga mengetahui perihal bisnis curang yang pernah dilakukan Ernesto Teldi, suami Adela, bertahun-tahun silam. Rahasia lain lagi yang dimiliki sang koki adalah tentang Serafin Tous yang gay dan pedofilia. Di The Lilies itulah, ketiga orang ini – Adela, Ernesto, dan Serafin – menyadari kehadiran Nestor. Ketiganya merasa terancam dan cemas. Mereka takut rahasia mereka akan dibeberkan Nestor atau koki itu akan memeras mereka. Maka ketiganya memiliki motif yang kuat untuk melenyapkan Sang Koki dari atas dunia.
Demikianlah cerita bergulir dalam tempo lambat sehingga bisa dimaklumi jika ada pembaca yang mengaku bosan mengikutinya. Tapi sebaiknya jangan buru-buru meletakkan novel ini dan berhenti membacanya sebelum tamat karena selanjutnya kita akan menemukan keasyikannya dengan ikut serta menebak-nebak siapa gerangan yang membunuh Nestor.
Sebagaimana lazim kita jumpai pada novel-novel misteri atau detektif, penulis menggiring para pembacanya pada banyak kemungkinan. Pembaca seperti diarahkan untuk mencurigai beberapa tokoh sebagai penjahatnya melalui paparan motif tadi. Dan biasanya sih, penjahatnya justru tokoh yang seakan-akan tidak ditonjolkan. Itulah yang nyaris selalu kita temukan dalam karya-karya Agatha Christie.
Barangkali agak kurang tepat juga jika dikatakan bahwa Little Indiscretion ini sebuah novel detektif mengingat di dalamnya tak ada seorang detektif pun yang hadir. Kendati demikian tak lantas membuat novel debutan Carmen Posadas ini jadi kurang menarik. Padanya kita tetap dapat menemukan unsur-unsur misteri yang memicu rasa penasaran. Kita bahkan bisa menjadi detektifnya.
Lewat karya perdananya ini Carmen Posadas berhasil meraih Planeta Prize (1998), penghargaan sastra paling bergengsi di Spanyol. Sejak diterbitkannya, novel ini telah diterjemahkan ke dalam 18 bahasa.
Endah Sulwesi 8/4
Judul asli : Pequenas Infamias
Pengarang : Carmen Posadas
Penerjemah : Lina Susanti
Penyunting : Wendratama
Penerbit : Bentang
Cetakan : I – Februari 2007
Tebal : x + 330 hlm
Dari judul (edisi terjemahan Indonesia)-nya, Rahasia Sang Koki, saya sama sekali tidak punya kecurigaan, bahwa novel ini sebuah novel bergenre misteri atau detektif. Perkiraan saya ini kisah percintaan yang berawal dari dapur (makanan). Ringkasnya, cinta yang datang dari perut turun ke hati.
Kiranya, dugaan saya meleset jauh. Novel yang dalam bahasa aslinya (Spanyol) berjudul Pequenas Infamias (edisi Inggrisnya berjudul Little Indiscretion) ini ternyata adalah sebuah novel misteri – dan detektif juga – dengan pola dan plot yang mengingatkan saya pada novel-novel Agatha Christie, khususnya serial Poirot, detektif berperawakan kecil asal Belgia kesayangan Christie. Ada yang sangat khas dari Poirot dalam setiap memecahkan kasus-kasusnya, yakni mengumpulkan fakta dan petunjuk sebanyak-banyaknya kemudian dianalisa,disusun seperti puzzle sembari duduk diam membiarkan sel-sel kelabu dalam otaknya bekerja.
Bisa jadi kemiripan teknik bercerita itu lantaran Carmen terpengaruh Agatha Christie, si Ratu Cerita Detektif dari Inggris.
Kisah bermula dengan ditemukannya sosok Nestor Chaffino terbujur beku dalam ruang pendingin di dapur keluarga Teldi (Hampir di semua novel Agatha Christie dibuka dengan adegan penemuan mayat). Kejadiannya pagi hari setelah malamnya berlangsung pesta makan malam dengan Nestor sebagai juru masaknya. Sejatinya, Nestor adalah pemilik usaha katering berlabel Mulberry & Mistletoe. Malam itu, ia disewa oleh Adela Teldi, nyonya rumah The Lilies, tempat kediaman keluarga Teldi.
Bersama 3 orang kru dapurnya, Nestor sukses melaksanakan tugasnya dengan sempurna malam itu.. Tetamu ramai-ramai memuji dan menyampaikan rasa puas mereka untuk pesta yang elegan tersebut. Sekali lagi, semua itu berkat kerja keras dan kekompakan tim kecil mereka : Nestor sebagai bos beserta Carlos, Karel, dan Chloe.
Carlos adalah mahasiswa hukum yang diam-diam terlibat asmara dengan Adela Teldi, wanita paruh baya yang lebih pantas jadi ibunya. Panah amor menusuk jantung keduanya pada pertemuan pertama mereka di Mulberry & Mistletoe tatkala Adela datang untuk urusan pesta makan malam yang berujung maut itu.
Sedangkan Karel adalah atlet binaragawan asal Ceko yang mengajak serta kekasihnya, Chloe Trias, bekerja membantu-bantu di Mulberry & Mistletoe. Chloe kabur dari rumah orang tuanya dengan membawa serta kenang-kenangan manis tentang sang kakak lelaki yang mati muda karena kecelakaan lalu-lintas. Bayang-bayang wajah dan senyum abangnya itu selalu menghantui ke manapun Chloe pergi. Gadis itu merasa amat kehilangan sahabat masa kecil yang pernah bercita-cita menjadi seorang penulis fiksi. Sayangnya, si abang keburu mati sebelum keinginannya terwujud.
Ketiga anak muda pegawai Mulberry & Mistletoe ini sangat senang bekerja untuk bos mereka sang koki handal, Nestor Chaffino. Koki ramah pemilik kumis pirang kaku ini senang berceloteh menceritakan apa saja, terutama kisah-kisah sejati yang pernah dialaminya, termasuk ihwal rahasia perselingkuhan Adela Teldi.
Pada masa yang lalu, Adela Teldi tertangkap basah tengah bercinta di sebuah kamar di The Lilies bersama suami adiknya sendiri, Soledad Teldi. Tak lama berselang, Soledad kedapatan sudah tak bernyawa dengan kondisi mengenaskan. Diduga perempuan malang itu melakukan aksi bunuh diri terjun dari lantai dua.
Nestor juga mengetahui perihal bisnis curang yang pernah dilakukan Ernesto Teldi, suami Adela, bertahun-tahun silam. Rahasia lain lagi yang dimiliki sang koki adalah tentang Serafin Tous yang gay dan pedofilia. Di The Lilies itulah, ketiga orang ini – Adela, Ernesto, dan Serafin – menyadari kehadiran Nestor. Ketiganya merasa terancam dan cemas. Mereka takut rahasia mereka akan dibeberkan Nestor atau koki itu akan memeras mereka. Maka ketiganya memiliki motif yang kuat untuk melenyapkan Sang Koki dari atas dunia.
Demikianlah cerita bergulir dalam tempo lambat sehingga bisa dimaklumi jika ada pembaca yang mengaku bosan mengikutinya. Tapi sebaiknya jangan buru-buru meletakkan novel ini dan berhenti membacanya sebelum tamat karena selanjutnya kita akan menemukan keasyikannya dengan ikut serta menebak-nebak siapa gerangan yang membunuh Nestor.
Sebagaimana lazim kita jumpai pada novel-novel misteri atau detektif, penulis menggiring para pembacanya pada banyak kemungkinan. Pembaca seperti diarahkan untuk mencurigai beberapa tokoh sebagai penjahatnya melalui paparan motif tadi. Dan biasanya sih, penjahatnya justru tokoh yang seakan-akan tidak ditonjolkan. Itulah yang nyaris selalu kita temukan dalam karya-karya Agatha Christie.
Barangkali agak kurang tepat juga jika dikatakan bahwa Little Indiscretion ini sebuah novel detektif mengingat di dalamnya tak ada seorang detektif pun yang hadir. Kendati demikian tak lantas membuat novel debutan Carmen Posadas ini jadi kurang menarik. Padanya kita tetap dapat menemukan unsur-unsur misteri yang memicu rasa penasaran. Kita bahkan bisa menjadi detektifnya.
Lewat karya perdananya ini Carmen Posadas berhasil meraih Planeta Prize (1998), penghargaan sastra paling bergengsi di Spanyol. Sejak diterbitkannya, novel ini telah diterjemahkan ke dalam 18 bahasa.
Endah Sulwesi 8/4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar