Judul buku: The Naked Traveler
Penulis: Trinity
Penyunting: Imam Risdiyanto
Penerbit: C/Publishing
Cetakan: I, Juni 2007
Tebal: xii + 282 hlm
Lagi, sebuah weblog dibukukan. Kali ini milik seorang cewek lajang yang memakai nick name Trinity, pemilik blog http://www.naked-traveler.blogspot.com/. Di blog yang mulai ditulis sekitar dua tahun lalu itu, Trinity menuangkan cerita perjalanannya keliling Nusantara dan dunia.
Rasanya sudah banyak banget kisah perjalanan dituliskan. Umumnya memuat pengalaman penulisnya mengenai hal-hal unik yang ditemui selama pelancongan. Mulai dari objek-objek wisatanya, makanan khas, sampai dengan tradisi serta kebudayaan. Tak kurang dari Nawal El Saadawi pun menerbitkan catatan perjalanannya.
Bisa jalan-jalan keliling dunia pastilah merupakan impian banyak orang. Termasuk saya. Namun, karena keterbatasan waktu dan biaya, tak semua kita bisa melihat tempat-tempat di luar kampung halaman kita. Ya..jalan-jalan memang hobi yang mahal. Bukan saja butuh dana besar, tetapi juga keberanian. Apa lagi kalau harus terpaksa melakukannya sendirian. Dan itulah yang dilakoni Trinity sebagai seorang backpacker.
Menurut pengakuannya, ia sudah berkeliling hampir semua provinsi di Indonesia serta 33 negara di dunia. Banyak hal "tidak biasa" yang ia jumpai dalam setiap kunjungannya ke tempat-tempat tersebut. Meskipun ia tak mengharamkan mendatangi objek-objek wisata terkenal, namun dalam blog yang kemudian dibukukan ini, ia lebih memilih menuliskan cerita yang "berbeda" (non turistik). Misalnya, pengalamannya dengan toilet-toilet di airport atau kejengkelannya karena merasa "ditipu" oleh sebuah agen perjalanan di Puerto Rico tentang "pohon pisang yang eksotis".
Sebagaimana lazimnya blog, Trinity-pun memperlakukan blog miliknya seperti sebuah buku harian: sangat personal, jujur, santai, apa adanya. Ditulis dengan bahasa sehari-hari yang ringan, segar, dan menghibur. Trinity jeli dalam memilih topik sehingga kita hampir selalu memperoleh informasi baru dari setiap tulisan-tulisannya. Ia memang tidak menyampaikan hal-hal besar, tetapi justru karena kejeliannya memungut hal-hal kecil yang sering luput dari perhatian itulah yang membuat kisah-kisahnya menarik diikuti. Terlebih bagi mereka yang sama-sama senang jalan. Benar-benar menginspirasi.
Selain berbagi pengalaman, tak lupa Trinity juga memberi tips-tips menarik bila ingin jalan-jalan dengan biaya terjangkau ala backpacker. Ia menginformasikan tempat-tempat makan, transportasi, serta penginapan dengan harga ekonomis (hostel).
Disusun berdasarkan tema, buku ini dibagi menjadi enam bagian. Masing-masing bagian terdiri dari beberapa sub bagian. Oleh karenanya, kita bisa mulai membacanya dari mana saja, tidak perlu urut kacang.
Sayangnya, ada berita kurang sedap menyusul diterbitkannya buku ini. Mengutil informasi dari blog Trinity, dikabarkan bahwa buku ini telah ditarik kembali dari peredaran hanya beberapa hari setelah diterbitkan. Pasalnya, ada tiga tulisan yang dinilai "berbahaya" dan kurang pantas dibaca (karena ada unsur seks yang mungkin oleh penerbitnya dianggap cukup vulgar). Tiga tulisan itu adalah "Planet Bugil", "Don't Touch The (Female) Dancers", dan "Distrik Lampu Merah". Ketika saya konfirmasi ke penerbitnya, mereka membenarkan seraya menambahkan, bahwa buku ini hanya akan direvisi–dengan menggunting ketiga cerita yang saya sebut di atas–untuk kemudian akan diedarkan kembali.
"Planet Bugil" mengisahkan ikhwal pengalaman Trinity berenang di sebuah nude beach di Sydney, Australia. Di pantai ini, seluruh pengunjungnya wajib telanjang bulat alias bugil gil jika mau berenang, berjemur, ataupun sekadar duduk-duduk menikmati panorama. Sementara, "Don't Touch The (Female) Dancers", bercerita soal sebuah objek wisata esek-esek–Strip Club–di Atlanta, AS, dan Semarang, Jawa Tengah. Adapun "Distrik Lampu Merah" adalah tulisan tentang kawasan prostitusi legal di Amsterdam dan Patpong di Bangkok, Thailand.
Sebelum buku ini terbit, Trinity (bukan nama sebenarnya) masih bekerja sebagai staf marketing communication di sebuah perusahaan swasta di Jakarta. Kini, alumni jurusan Komunikasi Universitas Diponegoro ini, tengah melanjutkan studi master in management-nya di Manila, Filipina. Demi kuliahnya ini, Trinity rela hengkang dari tempat kerjanya. Ia mengaku, bahwa sejak kuliah lagi jadi agak sulit traveling, lantaran waktunya habis untuk menyelesaikan tugas-tugas kampusnya.
Endah Sulwesi 23/9
Penulis: Trinity
Penyunting: Imam Risdiyanto
Penerbit: C/Publishing
Cetakan: I, Juni 2007
Tebal: xii + 282 hlm
Lagi, sebuah weblog dibukukan. Kali ini milik seorang cewek lajang yang memakai nick name Trinity, pemilik blog http://www.naked-traveler.blogspot.com/. Di blog yang mulai ditulis sekitar dua tahun lalu itu, Trinity menuangkan cerita perjalanannya keliling Nusantara dan dunia.
Rasanya sudah banyak banget kisah perjalanan dituliskan. Umumnya memuat pengalaman penulisnya mengenai hal-hal unik yang ditemui selama pelancongan. Mulai dari objek-objek wisatanya, makanan khas, sampai dengan tradisi serta kebudayaan. Tak kurang dari Nawal El Saadawi pun menerbitkan catatan perjalanannya.
Bisa jalan-jalan keliling dunia pastilah merupakan impian banyak orang. Termasuk saya. Namun, karena keterbatasan waktu dan biaya, tak semua kita bisa melihat tempat-tempat di luar kampung halaman kita. Ya..jalan-jalan memang hobi yang mahal. Bukan saja butuh dana besar, tetapi juga keberanian. Apa lagi kalau harus terpaksa melakukannya sendirian. Dan itulah yang dilakoni Trinity sebagai seorang backpacker.
Menurut pengakuannya, ia sudah berkeliling hampir semua provinsi di Indonesia serta 33 negara di dunia. Banyak hal "tidak biasa" yang ia jumpai dalam setiap kunjungannya ke tempat-tempat tersebut. Meskipun ia tak mengharamkan mendatangi objek-objek wisata terkenal, namun dalam blog yang kemudian dibukukan ini, ia lebih memilih menuliskan cerita yang "berbeda" (non turistik). Misalnya, pengalamannya dengan toilet-toilet di airport atau kejengkelannya karena merasa "ditipu" oleh sebuah agen perjalanan di Puerto Rico tentang "pohon pisang yang eksotis".
Sebagaimana lazimnya blog, Trinity-pun memperlakukan blog miliknya seperti sebuah buku harian: sangat personal, jujur, santai, apa adanya. Ditulis dengan bahasa sehari-hari yang ringan, segar, dan menghibur. Trinity jeli dalam memilih topik sehingga kita hampir selalu memperoleh informasi baru dari setiap tulisan-tulisannya. Ia memang tidak menyampaikan hal-hal besar, tetapi justru karena kejeliannya memungut hal-hal kecil yang sering luput dari perhatian itulah yang membuat kisah-kisahnya menarik diikuti. Terlebih bagi mereka yang sama-sama senang jalan. Benar-benar menginspirasi.
Selain berbagi pengalaman, tak lupa Trinity juga memberi tips-tips menarik bila ingin jalan-jalan dengan biaya terjangkau ala backpacker. Ia menginformasikan tempat-tempat makan, transportasi, serta penginapan dengan harga ekonomis (hostel).
Disusun berdasarkan tema, buku ini dibagi menjadi enam bagian. Masing-masing bagian terdiri dari beberapa sub bagian. Oleh karenanya, kita bisa mulai membacanya dari mana saja, tidak perlu urut kacang.
Sayangnya, ada berita kurang sedap menyusul diterbitkannya buku ini. Mengutil informasi dari blog Trinity, dikabarkan bahwa buku ini telah ditarik kembali dari peredaran hanya beberapa hari setelah diterbitkan. Pasalnya, ada tiga tulisan yang dinilai "berbahaya" dan kurang pantas dibaca (karena ada unsur seks yang mungkin oleh penerbitnya dianggap cukup vulgar). Tiga tulisan itu adalah "Planet Bugil", "Don't Touch The (Female) Dancers", dan "Distrik Lampu Merah". Ketika saya konfirmasi ke penerbitnya, mereka membenarkan seraya menambahkan, bahwa buku ini hanya akan direvisi–dengan menggunting ketiga cerita yang saya sebut di atas–untuk kemudian akan diedarkan kembali.
"Planet Bugil" mengisahkan ikhwal pengalaman Trinity berenang di sebuah nude beach di Sydney, Australia. Di pantai ini, seluruh pengunjungnya wajib telanjang bulat alias bugil gil jika mau berenang, berjemur, ataupun sekadar duduk-duduk menikmati panorama. Sementara, "Don't Touch The (Female) Dancers", bercerita soal sebuah objek wisata esek-esek–Strip Club–di Atlanta, AS, dan Semarang, Jawa Tengah. Adapun "Distrik Lampu Merah" adalah tulisan tentang kawasan prostitusi legal di Amsterdam dan Patpong di Bangkok, Thailand.
Sebelum buku ini terbit, Trinity (bukan nama sebenarnya) masih bekerja sebagai staf marketing communication di sebuah perusahaan swasta di Jakarta. Kini, alumni jurusan Komunikasi Universitas Diponegoro ini, tengah melanjutkan studi master in management-nya di Manila, Filipina. Demi kuliahnya ini, Trinity rela hengkang dari tempat kerjanya. Ia mengaku, bahwa sejak kuliah lagi jadi agak sulit traveling, lantaran waktunya habis untuk menyelesaikan tugas-tugas kampusnya.
Endah Sulwesi 23/9
Tidak ada komentar:
Posting Komentar