Judul buku: Berkas-Berkas Keluarga Spellman
Judul asli: The Spellman Files
Penulis: Liza Lutz
Penerjemah: Berliani M. Nugrahani
Penerbit: Atria (PT Serambi Ilmu Semesta)
Cetakan: I, Maret 2008
Tebal: 550 hlm.
Saya tidak tahu, apakah tepat menggolongkan novel ini ke dalam kategori novel detektif. Bukan lantaran tidak ada unsur misteri di dalamnya, tetapi lebih kepada inti kisah ini sendiri yang bertumpu pada interaksi sebuah keluarga yang sangat unik di antara para anggotanya : ayah, ibu, tiga orang anak, dan seorang paman. Mereka menamakan diri Keluarga Spellman.
Setelah pensiun dini dari San Francisco Police Departement , Albert Spellman alih profesi menjadi detektif swasta. Mulanya ia bekerja sebagai orang bayaran di kantor O’Malley Investigation sebelum akhirnya bersama istri tercinta, Olivia, mendirikan kantor sendiri dengan nama Spellman Investigation, beralamat di 1799 Clay Street, San Francisco. Kelak, bertahun-tahun berikutnya, kedua anak perempuan mereka, Isabel dan Rae, turut bergabung dalam perusahaan keluarga itu.
Seperti telah saya singgung di atas, kekuatan novel ini ada pada kisah hubungan antaranggota keluarga Spellman yang nyentrik, kalau tidak mau dibilang sedikit sinting. Keluarga ini, entah karena terkondisi oleh pekerjaan atau karena faktor keturunan (bakat) memiliki kebiasaan menguntit dan memata-matai bahkan di antara mereka sendiri. Mereka nyaris tak memiliki privasi dalam kamar mereka sendiri. Setiap gerak-gerik, tingkah laku, dan semua kegiatan selalu diawasi dengan berbagai cara (menyadap telepon, kamera tersembunyi, sampai pada kejar-kejaran mobil). Terlebih bagi Isabel, putri kedua Spellman yang tomboy dan paling kacau dari ketiga orang anak-anak keluarga Spellman.
Isabel atau Izzy bertindak selaku narator dalam novel ringan ini. Ia bertutur sebagai aku, gadis berumur 28 tahun, dengan gaya bahasa yang ringan, cerdas, dan kocak. Dialog-dialognya segar layaknya di film-film komedi situasi Amerika; membuat saya betah dan terhibur membacanya hingga huruf terakhir sembari membayangkan sosok Drew Barrymore sebagai Izzy Spellman (Tentu saja ini hanya keisengan imajinasi saya saja, sebab gosipnya yang akan memerankan karakter Izzy adalah Renee Zellweger).
Sejak kecil gadis ini telah menunjukkan bakat iseng dan pemberontak. Ia merokok, mabuk, mencuri, mengisap ganja, gonta-ganti pacar hingga 9 kali, ngebut, serta seabreg perilaku “kriminal” lainnya yang cukup menyusahkan Mr. dan Mrs. Spellman. Kadang-kadang Izzy melakukannya bersama dengan Petra, sahabatnya.
Berbeda seratus 180 derajat dengan Isabel adalah David, putra sulung Spellman. Tumbuh di tengah-tengah keluarga yang “aneh”, David sukses sebagai pengacara bergaji 400 dolar per jam. Dia adalah anggota Spellman paling “normal” : tampan, cerdas, kaya, dan tidak suka menguntit. Awalnya, Isabel kerap menjadikan David sebagai objek keisengannya hanya demi mendapatkan perhatian ayah ibu mereka.
Sampai Isabel berumur 13 tahun, ia masih berstatus anak bungsu. Setahun kemudian lahir Rae, si bungsu yang dinamai seperti paman mereka, Ray Spellman yang tengah sekarat karena kanker paru-paru. Paman Ray yang tinggal di rumah mereka diramalkan tidak akan lama lagi hidupnya. Albert ingin mengabadikan sang adik dalam nama putri bungsunya. Tapi ternyata, Paman Ray terus hidup sampai bertahun-tahun kelak dan menjadi seteru keponakannya, Rae.
Konflik pada kisah ini terjadi ketika Isabel keberatan dengan kelakuan ayah ibunya yang mengawasi dia 24 jam hanya karena berpacaran dengan seorang dokter gigi tampan, Daniel Castillo. Ujung-ujungnya, Isabel mengajukan permohonan berhenti bekerja pada Spellman Investigation. Ayah ibunya mengizinkan hanya jika ia berhasil menyelesaikan kasus Andrew Snow, remaja pria yang lenyap 12 tahun lalu. Namun, mana kala Izzy tengah gencar-gencarnya mengusut, ayah ibunya malah menyuruh berhenti. Izzy yang keras kepala itu tentu saja menolak menuruti kemauan orang tuanya sampai kemudian Rae menghilang.
The Spellman Files adalah karya debutan Liza Lutz yang terbit tahun lalu dan akan segera dilayarlebarkan oleh Paramount Pictures. Kisah yang sangat menghibur. Membacanya, kita seperti tengah menikmati keripik kentang gurih dan renyah, yang ramuan penyedap rasanya membuat kita ketagihan; tak bisa berhenti sebelum habis tandas hingga remah-remah terakhir.
Karakter keluarga Spellman yang agak tidak lazim justru menjadi daya pikat utama buku ini. Mereka punya cara sendiri dalam mengungkapkan cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya mereka saling peduli satu sama lain. Tak ingin kehilangan. Hanya saja lantaran caranya yang “tidak biasa” itu sering lalu membuat semuanya jadi tampak lebih rumit. Saya yakin, filmnya nanti pasti akan sangat Hollywood.
Saya tidak membaca versi aslinya. Tetapi, versi terjemahan ini cukup asyik diikuti. Plot yang di awal kelihatan meloncat-loncat, akhirnya tidak menjadi masalah lagi ketika kita telah tenggelam sepenuhnya ke dalam kehidupan keluarga Spellman yang ganjil ini. Bagi Anda yang ingin menghibur diri melalui bacaan, novel ini sangat saya rekomendasikan. ***ENDAH SULWESI
Judul asli: The Spellman Files
Penulis: Liza Lutz
Penerjemah: Berliani M. Nugrahani
Penerbit: Atria (PT Serambi Ilmu Semesta)
Cetakan: I, Maret 2008
Tebal: 550 hlm.
Saya tidak tahu, apakah tepat menggolongkan novel ini ke dalam kategori novel detektif. Bukan lantaran tidak ada unsur misteri di dalamnya, tetapi lebih kepada inti kisah ini sendiri yang bertumpu pada interaksi sebuah keluarga yang sangat unik di antara para anggotanya : ayah, ibu, tiga orang anak, dan seorang paman. Mereka menamakan diri Keluarga Spellman.
Setelah pensiun dini dari San Francisco Police Departement , Albert Spellman alih profesi menjadi detektif swasta. Mulanya ia bekerja sebagai orang bayaran di kantor O’Malley Investigation sebelum akhirnya bersama istri tercinta, Olivia, mendirikan kantor sendiri dengan nama Spellman Investigation, beralamat di 1799 Clay Street, San Francisco. Kelak, bertahun-tahun berikutnya, kedua anak perempuan mereka, Isabel dan Rae, turut bergabung dalam perusahaan keluarga itu.
Seperti telah saya singgung di atas, kekuatan novel ini ada pada kisah hubungan antaranggota keluarga Spellman yang nyentrik, kalau tidak mau dibilang sedikit sinting. Keluarga ini, entah karena terkondisi oleh pekerjaan atau karena faktor keturunan (bakat) memiliki kebiasaan menguntit dan memata-matai bahkan di antara mereka sendiri. Mereka nyaris tak memiliki privasi dalam kamar mereka sendiri. Setiap gerak-gerik, tingkah laku, dan semua kegiatan selalu diawasi dengan berbagai cara (menyadap telepon, kamera tersembunyi, sampai pada kejar-kejaran mobil). Terlebih bagi Isabel, putri kedua Spellman yang tomboy dan paling kacau dari ketiga orang anak-anak keluarga Spellman.
Isabel atau Izzy bertindak selaku narator dalam novel ringan ini. Ia bertutur sebagai aku, gadis berumur 28 tahun, dengan gaya bahasa yang ringan, cerdas, dan kocak. Dialog-dialognya segar layaknya di film-film komedi situasi Amerika; membuat saya betah dan terhibur membacanya hingga huruf terakhir sembari membayangkan sosok Drew Barrymore sebagai Izzy Spellman (Tentu saja ini hanya keisengan imajinasi saya saja, sebab gosipnya yang akan memerankan karakter Izzy adalah Renee Zellweger).
Sejak kecil gadis ini telah menunjukkan bakat iseng dan pemberontak. Ia merokok, mabuk, mencuri, mengisap ganja, gonta-ganti pacar hingga 9 kali, ngebut, serta seabreg perilaku “kriminal” lainnya yang cukup menyusahkan Mr. dan Mrs. Spellman. Kadang-kadang Izzy melakukannya bersama dengan Petra, sahabatnya.
Berbeda seratus 180 derajat dengan Isabel adalah David, putra sulung Spellman. Tumbuh di tengah-tengah keluarga yang “aneh”, David sukses sebagai pengacara bergaji 400 dolar per jam. Dia adalah anggota Spellman paling “normal” : tampan, cerdas, kaya, dan tidak suka menguntit. Awalnya, Isabel kerap menjadikan David sebagai objek keisengannya hanya demi mendapatkan perhatian ayah ibu mereka.
Sampai Isabel berumur 13 tahun, ia masih berstatus anak bungsu. Setahun kemudian lahir Rae, si bungsu yang dinamai seperti paman mereka, Ray Spellman yang tengah sekarat karena kanker paru-paru. Paman Ray yang tinggal di rumah mereka diramalkan tidak akan lama lagi hidupnya. Albert ingin mengabadikan sang adik dalam nama putri bungsunya. Tapi ternyata, Paman Ray terus hidup sampai bertahun-tahun kelak dan menjadi seteru keponakannya, Rae.
Konflik pada kisah ini terjadi ketika Isabel keberatan dengan kelakuan ayah ibunya yang mengawasi dia 24 jam hanya karena berpacaran dengan seorang dokter gigi tampan, Daniel Castillo. Ujung-ujungnya, Isabel mengajukan permohonan berhenti bekerja pada Spellman Investigation. Ayah ibunya mengizinkan hanya jika ia berhasil menyelesaikan kasus Andrew Snow, remaja pria yang lenyap 12 tahun lalu. Namun, mana kala Izzy tengah gencar-gencarnya mengusut, ayah ibunya malah menyuruh berhenti. Izzy yang keras kepala itu tentu saja menolak menuruti kemauan orang tuanya sampai kemudian Rae menghilang.
The Spellman Files adalah karya debutan Liza Lutz yang terbit tahun lalu dan akan segera dilayarlebarkan oleh Paramount Pictures. Kisah yang sangat menghibur. Membacanya, kita seperti tengah menikmati keripik kentang gurih dan renyah, yang ramuan penyedap rasanya membuat kita ketagihan; tak bisa berhenti sebelum habis tandas hingga remah-remah terakhir.
Karakter keluarga Spellman yang agak tidak lazim justru menjadi daya pikat utama buku ini. Mereka punya cara sendiri dalam mengungkapkan cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya mereka saling peduli satu sama lain. Tak ingin kehilangan. Hanya saja lantaran caranya yang “tidak biasa” itu sering lalu membuat semuanya jadi tampak lebih rumit. Saya yakin, filmnya nanti pasti akan sangat Hollywood.
Saya tidak membaca versi aslinya. Tetapi, versi terjemahan ini cukup asyik diikuti. Plot yang di awal kelihatan meloncat-loncat, akhirnya tidak menjadi masalah lagi ketika kita telah tenggelam sepenuhnya ke dalam kehidupan keluarga Spellman yang ganjil ini. Bagi Anda yang ingin menghibur diri melalui bacaan, novel ini sangat saya rekomendasikan. ***ENDAH SULWESI