Judul buku: The Children of The Lamp; The Akhenaten Adventure
Penulis: P.B. Kerr
Penerjemah: Utti Setiawati
Penyunting: Akmal N.B. & Fahmi
Penerbit: Matahati
Cetakan: I, 2008
Tebal: 416 hlm
Anda percaya jin? Percaya penuh atau separuh atau justru tidak percaya? Saya sih rada-rada tidak percaya, sebab belum pernah bertemu langsung dengan makhluk yang berasal dari alam gaib itu. Memang sih, dalam ajaran agama saya, Islam, keberadaan bangsa jin diakui. Malah ada yang menggolongkannya dalam 2 jenis: jin kafir dan jin Islam. Yang pertama itu adalah jin jahat yang tidak mau menuruti perintah Tuhan; sedangkan yang terakhir jin saleh yang selalu mematuhi penciptanya.
Jin yang saya ketahui hanyalah jin-jin dalam dongeng-dongeng yang berasal dari Kisah 1001 Malam. Tentu saja yang paling terkenal adalah jin yang keluar dari lampu ajaib milik Aladin. Atau kalau hendak mengembara ke masa kecil saya adalah jin cantik berambut pirang bermata biru dalam serial tivi era ’70-an : I Dream of Jeannie. Jin perempuan ini tinggal dalam botol dan pandai menyihir. Ia akan mengabulkan setiap permintaan majikannya yang tampan.
Baiklah. Rasanya cukuplah cuap-cuap tentang jin sebagai pengantar ulasan saya untuk buku fantasi Children of The Lamp. Mengapa jin? Ya sebab buku ini berisi dongeng khayalan ihwal jin hari ini yang hidup dan tinggal di tengah-tengah manusia (di sini disebut mundane; sedangkan di Harry Potter Rowling memakai istilah muggle).
John dan Philippa baru tahu kalau diri mereka ternyata berdarah campuran separuh jin dan separuh manusia. Ibu mereka yang jelita, Layla, berasal dari bangsa jin yang menikahi Edward Gaunt, pria Amerika.
Layla tidak mengira kedua anak kembarnya menjelma jin jauh lebih cepat dari yang diharapkan. Pada usia 12 tahun mereka kudu menerima takdir mereka sebagai jin muda yang ditandai oleh tumbuhnya gigi geraham bungsu. Dokter gigi mereka menganjurkan agar gigi-gigi tersebut dicabut melalui operasi.
Saat menjalani operasi itulah, dalam kondisi tidak sadar karena anestesi, kedua kembar berjumpa dengan Nimrod, paman mereka yang tinggal di London. Dalam pertemuan tersebut Nimrod meminta mereka untuk datang ke London dan berjanji akan melatih mereka menjadi jin yang keren.
Maka, lantas John dan Philippa terbang ke London. Di sana Nimrod menepati janjinya melatih mereka hidup sebagai jin : masuk ke dalam botol, berubah wujud, meniadakan dan mendatangkan benda-benda, dll. Nimrod tak semata-mata mengajarkan, tetapi juga mempersiapkan keduanya untuk menghadapi serangan dari jin jahat yang ingin mengembalikan kejayaan mereka seperti di masa lampau. Tanpa mampu dicegah, John dan Philippa tahu-tahu sudah terlibat dalam sebuah petualangan seru di Mesir, menyingkap misteri makam Akhenaten dan para firaun.
Saya sebetulnya tidak begitu suka kisah-kisah fantasi (kecuali Harry Potter yang menurut saya idenya sungguh luar biasa). Tapi sesekali sih boleh juga sebagai selingan. Apa lagi jika ternyata bukunya enak dibaca seperti Children of The Lamp ini.
Buku ini saya bilang enak dibaca lantaran banyak terdapat humor di dalamnya yang bikin tersenyum dan tertawa. Misalnya, pada bagian Groanin yang kepedasan menyantap “creemy special special”. Pelayan Nimrod yang setia dan suka menggerutu ini sampai tak sadar meminum air di vas bunga yang sudah melumut (iiiuuuuuuuh….) untuk menghilangkan rasa pedas yang membakar lidahnya. Saat itu saya kok teringat Squideward, tokoh cumi-cumi dalam film kartun SpongeBob SquarePants.
Dari segi cerita tidak ada yang baru. Artinya, seperti lazimnya buku cerita anak-anak, sangat hitam-putih. Yang baik mengalahkan yang jahat, ada pahlawan dan ada pecundang. Ada petualangan dan keajaiban. Dan yang paling penting ada kegembiraan, satu hal yang membuat saya menyukai buku anak-anak.
Mengenai tokoh-tokohnya yang berasal dari bangsa jin, tentu juga bukan barang asing. Sebagaimana telah saya singgung di atas, jin sudah cukup dikenal anak-anak melalui hikayat Seribu Satu Malam.
So, dapat apa kita dari buku karya P.B. Kerr ini? Tentu terutama sekali mendapatkan penghiburan. Selanjutnya adalah pengetahuan lebih dalam lagi ihwal firaun dan seluk-beluk per-jin-an. Itu pun kalau Anda rela memercayainya.***
Penulis: P.B. Kerr
Penerjemah: Utti Setiawati
Penyunting: Akmal N.B. & Fahmi
Penerbit: Matahati
Cetakan: I, 2008
Tebal: 416 hlm
Anda percaya jin? Percaya penuh atau separuh atau justru tidak percaya? Saya sih rada-rada tidak percaya, sebab belum pernah bertemu langsung dengan makhluk yang berasal dari alam gaib itu. Memang sih, dalam ajaran agama saya, Islam, keberadaan bangsa jin diakui. Malah ada yang menggolongkannya dalam 2 jenis: jin kafir dan jin Islam. Yang pertama itu adalah jin jahat yang tidak mau menuruti perintah Tuhan; sedangkan yang terakhir jin saleh yang selalu mematuhi penciptanya.
Jin yang saya ketahui hanyalah jin-jin dalam dongeng-dongeng yang berasal dari Kisah 1001 Malam. Tentu saja yang paling terkenal adalah jin yang keluar dari lampu ajaib milik Aladin. Atau kalau hendak mengembara ke masa kecil saya adalah jin cantik berambut pirang bermata biru dalam serial tivi era ’70-an : I Dream of Jeannie. Jin perempuan ini tinggal dalam botol dan pandai menyihir. Ia akan mengabulkan setiap permintaan majikannya yang tampan.
Baiklah. Rasanya cukuplah cuap-cuap tentang jin sebagai pengantar ulasan saya untuk buku fantasi Children of The Lamp. Mengapa jin? Ya sebab buku ini berisi dongeng khayalan ihwal jin hari ini yang hidup dan tinggal di tengah-tengah manusia (di sini disebut mundane; sedangkan di Harry Potter Rowling memakai istilah muggle).
John dan Philippa baru tahu kalau diri mereka ternyata berdarah campuran separuh jin dan separuh manusia. Ibu mereka yang jelita, Layla, berasal dari bangsa jin yang menikahi Edward Gaunt, pria Amerika.
Layla tidak mengira kedua anak kembarnya menjelma jin jauh lebih cepat dari yang diharapkan. Pada usia 12 tahun mereka kudu menerima takdir mereka sebagai jin muda yang ditandai oleh tumbuhnya gigi geraham bungsu. Dokter gigi mereka menganjurkan agar gigi-gigi tersebut dicabut melalui operasi.
Saat menjalani operasi itulah, dalam kondisi tidak sadar karena anestesi, kedua kembar berjumpa dengan Nimrod, paman mereka yang tinggal di London. Dalam pertemuan tersebut Nimrod meminta mereka untuk datang ke London dan berjanji akan melatih mereka menjadi jin yang keren.
Maka, lantas John dan Philippa terbang ke London. Di sana Nimrod menepati janjinya melatih mereka hidup sebagai jin : masuk ke dalam botol, berubah wujud, meniadakan dan mendatangkan benda-benda, dll. Nimrod tak semata-mata mengajarkan, tetapi juga mempersiapkan keduanya untuk menghadapi serangan dari jin jahat yang ingin mengembalikan kejayaan mereka seperti di masa lampau. Tanpa mampu dicegah, John dan Philippa tahu-tahu sudah terlibat dalam sebuah petualangan seru di Mesir, menyingkap misteri makam Akhenaten dan para firaun.
Saya sebetulnya tidak begitu suka kisah-kisah fantasi (kecuali Harry Potter yang menurut saya idenya sungguh luar biasa). Tapi sesekali sih boleh juga sebagai selingan. Apa lagi jika ternyata bukunya enak dibaca seperti Children of The Lamp ini.
Buku ini saya bilang enak dibaca lantaran banyak terdapat humor di dalamnya yang bikin tersenyum dan tertawa. Misalnya, pada bagian Groanin yang kepedasan menyantap “creemy special special”. Pelayan Nimrod yang setia dan suka menggerutu ini sampai tak sadar meminum air di vas bunga yang sudah melumut (iiiuuuuuuuh….) untuk menghilangkan rasa pedas yang membakar lidahnya. Saat itu saya kok teringat Squideward, tokoh cumi-cumi dalam film kartun SpongeBob SquarePants.
Dari segi cerita tidak ada yang baru. Artinya, seperti lazimnya buku cerita anak-anak, sangat hitam-putih. Yang baik mengalahkan yang jahat, ada pahlawan dan ada pecundang. Ada petualangan dan keajaiban. Dan yang paling penting ada kegembiraan, satu hal yang membuat saya menyukai buku anak-anak.
Mengenai tokoh-tokohnya yang berasal dari bangsa jin, tentu juga bukan barang asing. Sebagaimana telah saya singgung di atas, jin sudah cukup dikenal anak-anak melalui hikayat Seribu Satu Malam.
So, dapat apa kita dari buku karya P.B. Kerr ini? Tentu terutama sekali mendapatkan penghiburan. Selanjutnya adalah pengetahuan lebih dalam lagi ihwal firaun dan seluk-beluk per-jin-an. Itu pun kalau Anda rela memercayainya.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar