Judul buku: Lelaki Itu dan Istrinya
Judul asli: Man and Wife
Penulis: Tony Parsons
Penerjemah: Kathleen S.W.
Perancang sampul: Eduard Iwan Mangopang
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: 2007
Tebal: 504 hlm
Apa sesungguhnya arti pernikahan bagi masyarakat modern abad ini? Apakah nilai-nilai yang dianut sekarang tentang pernikahan masih sama dengan dua puluh atau tiga puluh tahun lalu tatkala lembaga agung ini benar-benar dihormati dan dipelihara keutuhannya hingga maut memisahkan? Benarkah pola hidup monogami tak lagi sesuai untuk hari ini? Bagi Anda yang sudah menikah pernahkah timbul pertanyaan dalam diri Anda apa alasan Anda menikahi pasangan Anda? Karena cintakah atau karena alasan lain? Jika alasannya cinta, masihkah cinta itu bertahan hingga kini, merekatkan tali perkawinan itu? Atau sudah menguap dan berganti dengan rasa lainnya? Kalau ya, waspadalah dengan perkawinan Anda.
Saya bukan sedang mengancam atau memberi peringatan. Saya tidak tahu apa-apa soal perkawinan kecuali bahwa menikah itu buat sebagian orang adalah kebahagiaan sementara buat yang lainnya mungkin penderitaan. Tentu pengetahuan itu bukan karena saya mengalaminya secara empiris; hanya mendengar dan menyaksikan kehidupan orang-orang di sekitar saya: ibu bapak saya, adik-adik saya, teman-teman, dan para selebritis di televisi. Plus karena saya baru saja selesai menamatkan Man and Wife, novel renyah karya Tony Parsons.
Man and Wife menceritakan ihwal problema sebuah keluarga terpadu yang coba dibangun oleh seorang pria, Harry Silver. Keluarga terpadu itu adalah istilah bagi orang-orang yang memiliki dua keluarga atau lebih akibat kawin cerai. Seperti dalam buku ini, Harry bercerai dari Gina dan kemudian menikah lagi dengan Cyd. Dari Gina Harry punya satu anak, Pat; sedangkan Cyd punya satu anak dari perkawinan terdahulunya dengan Jimmy, Peggy. Gina juga sudah menikah lagi dengan Richard. Mereka inilah yang disebut “keluarga terpadu” dengan anak-anak yang memiliki orang tua lebih dari satu. Ya seperti Brady Bunch deh.
Harry seorang pria tampan berprofesi sebagai produser sebuah acara serial komedi di televisi. Kehidupan normalnya mulai terasa berubah saat ia bercerai dari Gina (karena Harry selingkuh dengan teman sekantornya). Ia harus berpisah dengan anak kesayangannya, Pat. Ia hanya diberi hak mengunjungi anaknya setiap akhir pekan. Untuk hal ini ia menyebut dirinya–dan semua laki-laki yang senasib dengannya–sebagai “Ayah Hari Minggu”. Ia juga sudah menikah lagi dengan Cyd, wanita anggun pengusaha katering, memiliki satu orang putri dari perkawinan terdahulunya, Peggy.
Tadinya semua kelihatan mudah bagi Harry. Ia sangat mencintai Cyd dan Peggy dan mendambakan kehidupan baru layaknya sebuah keluarga normal. Permasalahan mulai timbul saat keduanya semakin kekurangan waktu untuk bersama-sama lantaran kesibukan masing-masing. Usaha katering Cyd yang kian maju sangat menyita waktu dan energinya. Harry sendiri juga sedang direpotkan oleh urusan pekerjaan yang terancam dihentikan lantaran aktor utamanya terlibat pemakaian obat-obatan terlarang. Pelan namun pasti hubungannya dengan Cyd mendingin. Perkawinan mereka laksana telur di ujung tanduk. Bertambah runyam dengan kehadiran Kazumi, fotografer cantik asal Jepang yang telah memikat hati Harry.
Kisah Harry Silver sangat mudah ditemukan di tengah-tengah kehidupan kita hari ini. Jika bukan kita, bisa jadi itu dialami oleh teman atau sanak saudara kita. Begitu dekat, begitu akrab. Berita kawin-cerai kita saksikan nyaris setiap hari di televisi. Fenomena yang umumnya terjadi di kalangan masyarakat perkotaan ini menyajikan fakta betapa kini lembaga perkawinan seolah-olah tak sakral lagi. Begitu mudah dibangun untuk kemudian mudah pula dihancurkan; bagai rumah yang didirikan di atas fondasi rapuh.
Untuk itu Harry berhak cemburu pada perkawinan orang tuanya yang hanya berakhir saat ayahnya meninggal. Harry adalah produk keluarga utuh dengan ayah ibu yang saling mencintai hingga akhir hayat. Ayah dan ibunya senantiasa hadir ketika ia membutuhkan mereka. Sebagai seorang anak, ia jelas lebih beruntung ketimbang Pat. Pat yang malang. Bocah lelaki 8 tahun ini menjadi korban perceraian orang tuanya dan terpaksa menjalani sebuah kehidupan berkeluarga yang “tidak normal”.
Lazimnya sebuah novel pop, Man and Wife dituturkan dengan bahasa yang renyah disertai kelakar-kelakar segar sebagai bumbu penyedap. Membaca novel-novel jenis ini kita akan merasa sangat terhibur, tetapi ya sampai di situ saja. Tidak lebih. Sama halnya seperti nonton film komedi romantis. Nggak perlu mikir, nikmati saja.***ENDAH SULWESI
Judul asli: Man and Wife
Penulis: Tony Parsons
Penerjemah: Kathleen S.W.
Perancang sampul: Eduard Iwan Mangopang
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: 2007
Tebal: 504 hlm
Apa sesungguhnya arti pernikahan bagi masyarakat modern abad ini? Apakah nilai-nilai yang dianut sekarang tentang pernikahan masih sama dengan dua puluh atau tiga puluh tahun lalu tatkala lembaga agung ini benar-benar dihormati dan dipelihara keutuhannya hingga maut memisahkan? Benarkah pola hidup monogami tak lagi sesuai untuk hari ini? Bagi Anda yang sudah menikah pernahkah timbul pertanyaan dalam diri Anda apa alasan Anda menikahi pasangan Anda? Karena cintakah atau karena alasan lain? Jika alasannya cinta, masihkah cinta itu bertahan hingga kini, merekatkan tali perkawinan itu? Atau sudah menguap dan berganti dengan rasa lainnya? Kalau ya, waspadalah dengan perkawinan Anda.
Saya bukan sedang mengancam atau memberi peringatan. Saya tidak tahu apa-apa soal perkawinan kecuali bahwa menikah itu buat sebagian orang adalah kebahagiaan sementara buat yang lainnya mungkin penderitaan. Tentu pengetahuan itu bukan karena saya mengalaminya secara empiris; hanya mendengar dan menyaksikan kehidupan orang-orang di sekitar saya: ibu bapak saya, adik-adik saya, teman-teman, dan para selebritis di televisi. Plus karena saya baru saja selesai menamatkan Man and Wife, novel renyah karya Tony Parsons.
Man and Wife menceritakan ihwal problema sebuah keluarga terpadu yang coba dibangun oleh seorang pria, Harry Silver. Keluarga terpadu itu adalah istilah bagi orang-orang yang memiliki dua keluarga atau lebih akibat kawin cerai. Seperti dalam buku ini, Harry bercerai dari Gina dan kemudian menikah lagi dengan Cyd. Dari Gina Harry punya satu anak, Pat; sedangkan Cyd punya satu anak dari perkawinan terdahulunya dengan Jimmy, Peggy. Gina juga sudah menikah lagi dengan Richard. Mereka inilah yang disebut “keluarga terpadu” dengan anak-anak yang memiliki orang tua lebih dari satu. Ya seperti Brady Bunch deh.
Harry seorang pria tampan berprofesi sebagai produser sebuah acara serial komedi di televisi. Kehidupan normalnya mulai terasa berubah saat ia bercerai dari Gina (karena Harry selingkuh dengan teman sekantornya). Ia harus berpisah dengan anak kesayangannya, Pat. Ia hanya diberi hak mengunjungi anaknya setiap akhir pekan. Untuk hal ini ia menyebut dirinya–dan semua laki-laki yang senasib dengannya–sebagai “Ayah Hari Minggu”. Ia juga sudah menikah lagi dengan Cyd, wanita anggun pengusaha katering, memiliki satu orang putri dari perkawinan terdahulunya, Peggy.
Tadinya semua kelihatan mudah bagi Harry. Ia sangat mencintai Cyd dan Peggy dan mendambakan kehidupan baru layaknya sebuah keluarga normal. Permasalahan mulai timbul saat keduanya semakin kekurangan waktu untuk bersama-sama lantaran kesibukan masing-masing. Usaha katering Cyd yang kian maju sangat menyita waktu dan energinya. Harry sendiri juga sedang direpotkan oleh urusan pekerjaan yang terancam dihentikan lantaran aktor utamanya terlibat pemakaian obat-obatan terlarang. Pelan namun pasti hubungannya dengan Cyd mendingin. Perkawinan mereka laksana telur di ujung tanduk. Bertambah runyam dengan kehadiran Kazumi, fotografer cantik asal Jepang yang telah memikat hati Harry.
Kisah Harry Silver sangat mudah ditemukan di tengah-tengah kehidupan kita hari ini. Jika bukan kita, bisa jadi itu dialami oleh teman atau sanak saudara kita. Begitu dekat, begitu akrab. Berita kawin-cerai kita saksikan nyaris setiap hari di televisi. Fenomena yang umumnya terjadi di kalangan masyarakat perkotaan ini menyajikan fakta betapa kini lembaga perkawinan seolah-olah tak sakral lagi. Begitu mudah dibangun untuk kemudian mudah pula dihancurkan; bagai rumah yang didirikan di atas fondasi rapuh.
Untuk itu Harry berhak cemburu pada perkawinan orang tuanya yang hanya berakhir saat ayahnya meninggal. Harry adalah produk keluarga utuh dengan ayah ibu yang saling mencintai hingga akhir hayat. Ayah dan ibunya senantiasa hadir ketika ia membutuhkan mereka. Sebagai seorang anak, ia jelas lebih beruntung ketimbang Pat. Pat yang malang. Bocah lelaki 8 tahun ini menjadi korban perceraian orang tuanya dan terpaksa menjalani sebuah kehidupan berkeluarga yang “tidak normal”.
Lazimnya sebuah novel pop, Man and Wife dituturkan dengan bahasa yang renyah disertai kelakar-kelakar segar sebagai bumbu penyedap. Membaca novel-novel jenis ini kita akan merasa sangat terhibur, tetapi ya sampai di situ saja. Tidak lebih. Sama halnya seperti nonton film komedi romantis. Nggak perlu mikir, nikmati saja.***ENDAH SULWESI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar