Minggu, 10 Mei 2009

Pada Sebuah Kapal


Judul buku: Pada Sebuah Kapal
Penulis: NH Dini
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: Kesembilan, 2004
Tebal: 351 hlm

Nama
NH Dini sudah kudengar sejak aku di SMP lewat pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Jika harus menyebut salah satu karya terbaiknya dari sekian banyak buku yang ditulisnya, Pada Sebuah Kapal adalah jawabannya. Novel panjang yang konon memakan waktu 10 tahun dalam proses penerbitannya ini, bisa jadi merupakan otobiografi penulisnya. Banyak terdapat kesamaan, baik kisah maupun karakter, antara tokoh Sri dalam buku ini dengan NH Dini yang juga bernama lengkap Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin.

Novel ini terbit pertama kali pada 1973 di bawah penerbit PT Dian Pustaka Jaya. NH Dini mengetik naskahnya hanya dalam waktu satu bulan pada tahun 1963. Waktu itu ia telah menikah dengan seorang diplomat Prancis, Yves Coffin. Dalam buku ini, tokoh utamanya, Sri juga menikah dengan seorang diplomat Prancis, Charles Vincent. Sri, sebagaimana Dini, adalah seorang penari dan penyiar radio.

Namun, terlepas dari apakah benar novel ini terkait erat dengan sejarah hidup penulisnya atau hanya fiksi semata, yang jelas Dini telah menuliskannya dengan baik. Alur konvensional yang nyaris menjadi cirinya, tergarap dengan rapi lewat penuturan orang pertama. Melalui teknik ini, Dini lebih leluasa mengeksplorasi perasaan tokoh utamanya serta menggambarkan secara terperinci situasi dan peristiwa yang dialami sang tokoh.

Cinta menjadi tema pokok novel ini. Tepatnya, perjalanan cinta seorang wanita Jawa bernama Sri yang cukup berliku-liku. Lika-likunya inilah yang menarik, sebab di dalamnya terkandung unsur-unsur budaya, feminisme, dan pandangan-pandangan Dini terhadap keduanya. Melalui Sri yang lembut sekaligus pemberontak, Dini menggugat ihwal peran istri dan perempuan pada saat itu. Ia juga telah dengan jujur dan berani mengungkapkan fakta tentang seks sebelum menikah, perselingkuhan, dan perceraian dari perspektif perempuan. Sri yang dididik orang tuanya selaku perempuan Jawa yang harus serbahalus dalam berkata dan bersikap, ternyata memiliki pandangan sendiri dalam urusan cinta. Baginya, hubungan seks antara dua orang yang saling mencintai boleh-boleh saja dilakukan, walaupun pasangan tersebut bukan suami istri. Maka, Sri pun berselingkuh, atas nama cinta. Singkatnya, Sri adalah seorang wanita yang tahu apa yang dia inginkan.

Selain itu, Dini juga tidak canggung menampilkan adegan-adegan seks dalam karyanya ini. Ya, lagi pula mengapa harus sungkan jika itu memang terjadi secara natural–mengalir–dan bukan sekadar tempelan yang dipaksakan hadir. Bagian tersebut merupakan sesuatu yang menyatu dengan ceritanya. Dan Dini berhasil menghadirkannya dengan luwes tanpa terkesan vulgar. Tampaknya ia hendak menyampaikan, bahwa perempuan juga berhak menikmati seks yang indah dan menyenangkan (bersama lelaki yang dicintainya).

Menariknya lagi, Pada Sebuah Kapal ini dikisahkan dalam dua bagian. Pertama, dituturkan oleh Sri dari sudut pandang perempuan, dan bagian kedua ditulis dari perspektif Michel, kekasih gelap Sri.

Di usia senjanya, NH Dini masih setia menulis sembari sesekali melukis. Ia adalah contoh sebuah kesetiaan dan kecintaan terhadap profesi. Tak lekang digerus waktu. Ia adalah sang legenda.***

Tidak ada komentar: