Judul buku: Namaku, Grace Aja!
Judul Asli: Just Grace
Penulis: Charise Mericle Harper
Penerjemah: Maria M. Lubis
Penerbit: Atria (Group Serambi)
Cetakan: 2007
Tebal: 107 hlm
Nama aslinya Grace Stewart. Namun, lantaran di kelasnya ada empat tiga anak lain lagi yang juga bernama Grace, maka masing-masing Grace mendapat sebutan sendiri untuk membedakannya. Dan meski tidak suka, Grace Stewart tak mampu menolak ketika akhirnya guru dan teman-temannya sepakat memanggilnya Grace Aja (dan bukan “Grace” aja).
Seperti lazimnya anak-anak, Grace senang melakukan dan ingin tahu tentang banyak hal. Beruntunglah Grace karena memiliki orang tua yang membebaskannya melakukan apa saja dan memberikannya bukan saja pendidikan yang baik tetapi juga terutama cinta dan kasih sayang. Dan sebagaimana anak-anak, Grace juga ingin jadi pahlawan layaknya tokoh-tokoh komik yang dibacanya. Tetapi, Grace juga tahu, untuk menjadi pahlawan seseorang tak perlu menjadi manusia super. Orang biasa seperti dirinya pun bisa jadi pahlawan, sebagaimana di acara tivi favoritnya.
Buku ini memikat selain karena dilengkapi ilutrasi keren juga teristimewa karena cara penyampaiannya yang membiarkan si Grace bertutur sebagai aku. Tak ada wejangan dan nasihat yang menggurui. Plotnya mengalir menurut sudut pandang seorang bocah perempuan yang senang menggambar komik dan selalu ingin menghibur orang lain. Bahasa yang dipergunakan juga sangat mudah dipahami oleh pembaca anak-anak sekaligus menyenangkan bagi orang dewasa.
Kejadian-kejadian yang dikisahkan Grace adalah hal sehari-hari yang kerap dialami oleh bocah seumurnya: teman yang menyebalkan, persahabatan, tetangga yang tampak aneh, hewan peliharaan, ibu guru di sekolah…..Yah, pokoknya hal-hal “remeh” semacam itulah. Bagi Anda yang punya anak atau keponakan seusia Grace tentu tidak asing lagi dengan hal-hal yang saya sebut di atas. Anda pasti pernah dibuat takjub oleh “mutiara-mutiara” kecil itu serta sering dibikin terkejut oleh cara berpikir dan cara mereka menyelesaikan masalah, bukan? Itulah kanak-kanak, makhluk paling indah yang sanggup membuat kita melakukan apapun demi mereka.
Oleh Harper, tema sederhana itu diolah sedemikian rupa melalui kaca mata Grace kecil menjadi bacaan ringan segar yang bikin kita ingin membacanya lagi. Bagi saya, membaca buku ini seperti sedang mendengarkan keponakan saya bercerita. Dengan cara khas kanak-kanak, Harper memunculkan persoalan untuk kemudian menyelesaikannya secara menarik, kocak, dan menggemaskan.
Meski agak berbeda (dan tanpa bermaksud membandingkan), saya jadi ingat serial Anastasia Krupnik. Penulisnya, Lois Lowrey juga tak pernah berpretensi menggurui khalayak pembacanya, dalam hal ini remaja, dengan petuah-petuah membosankan seperti halnya seorang ibu cerewet. Pesan-pesan moral disampaikan secara cerdas lewat dialog atau contoh kasus. Tokoh favorit saya dalam buku tersebut adalah suami istri Krupnik. Mereka adalah model orang tua keren : egliter, demokratis, dan penuh cinta. Sayang, edisi Indonesianya hanya diterbitkan sampai buku ketiga saja dari sembilan judul yang ada. Entah, apakah Serambi lewat lini Atria akan menerbitkan seluruh judul serial Just Grace ini, kita tunggu saja.
Baik Grace atau pun Anastasia bukanlah anak-anak dari orang tua yang kaya raya. Mereka berasal dari keluarga ekonomi menengah yang tahu betul cara “modern” mendidik anak-anak sekarang. Bukan dengan limpahan harta tetapi dengan perhatian, kasih sayang, serta penghargaan sebagai manusia. Mereka sadar betul bahwa anak-anakpun memiliki hak yang sama sebagai manusia. Seandainya semua orang tua di dunia seperti mereka…
Buku Just Grace ini oleh Charise Harper dibuat berseri. Sudah ada 4 judul yang ditulisnya: Just Grace, Still Just Grace, Just Grace Walks the Dog, dan Just Grace Goes Green. Selain itu, ia juga telah menulis buku-buku lainnya, seperti Fashion Kitty yang juga berupa kisah serial. ***
Judul Asli: Just Grace
Penulis: Charise Mericle Harper
Penerjemah: Maria M. Lubis
Penerbit: Atria (Group Serambi)
Cetakan: 2007
Tebal: 107 hlm
Nama aslinya Grace Stewart. Namun, lantaran di kelasnya ada empat tiga anak lain lagi yang juga bernama Grace, maka masing-masing Grace mendapat sebutan sendiri untuk membedakannya. Dan meski tidak suka, Grace Stewart tak mampu menolak ketika akhirnya guru dan teman-temannya sepakat memanggilnya Grace Aja (dan bukan “Grace” aja).
Seperti lazimnya anak-anak, Grace senang melakukan dan ingin tahu tentang banyak hal. Beruntunglah Grace karena memiliki orang tua yang membebaskannya melakukan apa saja dan memberikannya bukan saja pendidikan yang baik tetapi juga terutama cinta dan kasih sayang. Dan sebagaimana anak-anak, Grace juga ingin jadi pahlawan layaknya tokoh-tokoh komik yang dibacanya. Tetapi, Grace juga tahu, untuk menjadi pahlawan seseorang tak perlu menjadi manusia super. Orang biasa seperti dirinya pun bisa jadi pahlawan, sebagaimana di acara tivi favoritnya.
Buku ini memikat selain karena dilengkapi ilutrasi keren juga teristimewa karena cara penyampaiannya yang membiarkan si Grace bertutur sebagai aku. Tak ada wejangan dan nasihat yang menggurui. Plotnya mengalir menurut sudut pandang seorang bocah perempuan yang senang menggambar komik dan selalu ingin menghibur orang lain. Bahasa yang dipergunakan juga sangat mudah dipahami oleh pembaca anak-anak sekaligus menyenangkan bagi orang dewasa.
Kejadian-kejadian yang dikisahkan Grace adalah hal sehari-hari yang kerap dialami oleh bocah seumurnya: teman yang menyebalkan, persahabatan, tetangga yang tampak aneh, hewan peliharaan, ibu guru di sekolah…..Yah, pokoknya hal-hal “remeh” semacam itulah. Bagi Anda yang punya anak atau keponakan seusia Grace tentu tidak asing lagi dengan hal-hal yang saya sebut di atas. Anda pasti pernah dibuat takjub oleh “mutiara-mutiara” kecil itu serta sering dibikin terkejut oleh cara berpikir dan cara mereka menyelesaikan masalah, bukan? Itulah kanak-kanak, makhluk paling indah yang sanggup membuat kita melakukan apapun demi mereka.
Oleh Harper, tema sederhana itu diolah sedemikian rupa melalui kaca mata Grace kecil menjadi bacaan ringan segar yang bikin kita ingin membacanya lagi. Bagi saya, membaca buku ini seperti sedang mendengarkan keponakan saya bercerita. Dengan cara khas kanak-kanak, Harper memunculkan persoalan untuk kemudian menyelesaikannya secara menarik, kocak, dan menggemaskan.
Meski agak berbeda (dan tanpa bermaksud membandingkan), saya jadi ingat serial Anastasia Krupnik. Penulisnya, Lois Lowrey juga tak pernah berpretensi menggurui khalayak pembacanya, dalam hal ini remaja, dengan petuah-petuah membosankan seperti halnya seorang ibu cerewet. Pesan-pesan moral disampaikan secara cerdas lewat dialog atau contoh kasus. Tokoh favorit saya dalam buku tersebut adalah suami istri Krupnik. Mereka adalah model orang tua keren : egliter, demokratis, dan penuh cinta. Sayang, edisi Indonesianya hanya diterbitkan sampai buku ketiga saja dari sembilan judul yang ada. Entah, apakah Serambi lewat lini Atria akan menerbitkan seluruh judul serial Just Grace ini, kita tunggu saja.
Baik Grace atau pun Anastasia bukanlah anak-anak dari orang tua yang kaya raya. Mereka berasal dari keluarga ekonomi menengah yang tahu betul cara “modern” mendidik anak-anak sekarang. Bukan dengan limpahan harta tetapi dengan perhatian, kasih sayang, serta penghargaan sebagai manusia. Mereka sadar betul bahwa anak-anakpun memiliki hak yang sama sebagai manusia. Seandainya semua orang tua di dunia seperti mereka…
Buku Just Grace ini oleh Charise Harper dibuat berseri. Sudah ada 4 judul yang ditulisnya: Just Grace, Still Just Grace, Just Grace Walks the Dog, dan Just Grace Goes Green. Selain itu, ia juga telah menulis buku-buku lainnya, seperti Fashion Kitty yang juga berupa kisah serial. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar